Penderita penyakit diabetes melletus (penyakit gula) banyak diderita warga Indonesia pada usia produktif, 45 tahun sampai 60 tahun. Penelitian sejak tahun 2007 yang dilakukan oleh pemerintah, menunjukkan bahwa penyakit itu disebabkan gaya hidup dan pola makan yang keliru, kata spesialis penyakit dalam dari Universitas Indonesia Prof.DR.Dr. Sidartawan Soegondo, SpPD, K EMD, FACE, di Taman Impian Jaya Ancol Jakarta, Selasa.
Di sela peluncuran peralatan monitor gula darah produk Roche, “accu-check active” versi baru, yang dinilai sukses di pasar Asia Fasifik, ia menjelaskan bahwa penderita penyakit itu dalam lima tahun secara bertahap akan menjadi positif.
Ia menjelaskan pula, penderita diabetes di Papau Barat mencapai 21 persen dari jumlah penduduknya. Di Pulau Tidore terdapat banyak penderita diabetes. Pada satu desa di Ternate hampir semua penduduknya sakit gula.
Di Sulawesi Barat, katanya, penderita diabetes mencapai 17,6 persen. “Namun untuk prevalensi diabetes tertinggi adalah di Pontianak Kalbar, dan sama dengan Maluku Utara yakni sebesar 11,1 persen dari jumlah penduduknya,” katanya.
Beban orang diabetes itu, katanya, kini sangat besar apalagi ketersediaan dokter yang bisa memberikan bantuan konsultasi dan pemeriksaan hanya 50 orang lebih. Sebanyak delapan dokter berada di Jakarta, 40 lebih di kawasan Pulau Jawa, Sumatra dan Bali, tiga dokter lainnya tersebar di Padang (dua orang) dan seorang di Palembang.
Ibarat segitiga sama kaki, pada puncaknya diabetes (penyakit yang sudah dinyatakan pandemi) itu diidap oleh masyarakat usia 13-15 tahun sangat menonjol. Apapun yang dilakukan tidak bisa menyembuhkan penyakit gula, tetapi yang bisa dilakukan pasien adalah mengatur turunnya dan naiknya kadar gula darah.
Pemantauan terhadap gula darah baik sebelum dan sesudah makan itu perlu dilakukan tiap hari. Untuk menjaga kadar gula darah sesudah makan agar penderita diabetes terhindar dari resiko komplikasi yang paling banyak diderita oleh diabetisi (penderita diabetes) yakni terjadinya ganggguan kardiovaskuler yakni pada jantung dan pembuluh darah.
Tingginya gula darah sesudah makan akan memicu produksi radikal bebas dalam jumlah besar, diantaranya ROS (reactive oxygen species) yang selanjutnya akan menimbulkan “oxidative stress”.
Pembentukan oxidative stress itu dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah yang merupakan tahapan awal kerusakan vaskuler. “Komplikasi diabetes terjadi pada semua organ dalam tubuh yang dialiri pembuluh darah kecil dan besar dengan penyebab kematian 50 persen akibat penyakit jantung koroner dan 30 persen akibat gagal ginjal. Selain kematian penyakit gula juga bisa menimbulkan kecacatan,” katanya.
Ia menyebutkan sebanyak 30 persen penderita penyakit gula yang mengalami kebutaan akibat komplikasi retinopati dan 10 persen harus menjalani amputasi tungkai kaki. “Bahkan penyakit gula membunuh lebih banyak orang daripada penyakit HIV dan AIDS,” kata Sidartawan yang juga Ketua Devisi Metabolok dan Endokrin, Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI, RSCM.(*a)
sumber:http://matanews.com/2009/07/15/usia-produktif-rentan-diabetes/