Rizaldy Pinzon - detikHealth
Jakarta, Saat ini terjadi peningkatan jumlah penderita diabetes yang cukup signifikan di Indonesia. Jumlah penderita diabetes di Indonesia menempati posisi keenam di dunia yaitu sebanyak 5 juta penderita.
Secara epidemiologi, diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Berdasar hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa hasil proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% penyebab kematian di daerah pedesaan.
Permasalahan yang muncul dalam penanganan diabetes di Indonesia adalah:
1. Kurang adekuatnya diagnosis dini
2. Keterbatasan akses terhadap pengobatan yang menyeluruh
3. Kurangya pengenalan dan penanganan komplikasi secara dini.
4. Tidak memadainya edukasi terhadap masyarakat secara luas. Hal tersebut berkontribusi terhadap tingginya kematian dan kecacatan akibat diabetes.
Diabetes dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit
jantung dan pembuluh darah (stroke), penyakit ginjal kronik, amputasi kaki, dan kebutaan. Pembiayaan dan dampak komplikasi DM sangatlah tinggi. Hal tersebut mendasari pemikiran pentingnya upaya deteksi dan intervensi dini yang memadai.
Diabetes dan dampaknya
Diagnosis DM ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium gula darah puasa dan pemeriksaan gula darah setelah makan (beban glukosa). Pasien diminta puasa 8-10 jam sebelum pemeriksaan gula darah. Seseorang dinyatakan DM apabila kadar gula darah puasanya >126 mg% dan kadar gula darah 2 jam setelah beban glukosa lebih dari 200 mg%. Pada umumnya pasien juga diminta untuk mengumpulkan sampel urinnya.
Hal ini ditujukan untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urin. Pada keadaan normal tidak ada glukosa dalam urin. Bila kadar gula di dalam darah tinggi, sebagian glukosa akan dibuang melalui urin. Gangguan toleransi glukosa harus diwaspadai sebagai gejala awal DM. Perubahan pola hidup dan pemeriksaan laboratorium berkala sangat dianjurkan.
Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu: diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin). Ada pula diabetes dalam kehamilan, dan diabetes akibat malnutrisi. Diabetes tipe 2 biasanya dimulai pada usia dewasa pertengahan (40-50 tahun). Kasus diabetes melitus tipe 2 dilaporkan terus meningkat di berbagai negara berkembang (termasuk Indonesia). Hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya kasus obesitas (kegemukan) dan kurangnya aktivitas fisik pada anak-anak.
Kematian dan kesakitan pada diabetes lebih ditentukan oleh munculnya komplikasi. Komplikasi diabetes adalah sebagai berikut: kadar gula darah yang sangat rendah (hipoglikemia), kadar gula darah yang sangat tinggi (hiperglikemia), peningkatan risiko infeksi, komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler), gangguan saraf, dan komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler). Diabetes melitus adalah salah satu penyebab kebutaan pada kelompok dewasa, penyebab utama amputasi non trauma, dan penyebab utama gagal ginjal.
Permasalahan DM di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah absolut penderita DM tertinggi di dunia. Peningkatan prevalensi DM di Indonesia secara konsisten tampak dari masa ke masa. Peningkatan prevalensi DM tidak dapat dipisahkan dari pola konsumsi makan dan gaya hidup.
Berbagai penelitian epidemiologi secara konsisten menunjukkan bahwa peningkatan prevalensi DM berhubungan dengan obesitas, kurangnya aktivitas fisik, dan stress emosional. Suatu keadaan yang identik dengan pola hidup perkotaan (urbanisasi) dan pola hidup kebaratan (westernisasi).
Urbanisasi dan westernisasi tampak cukup menonjol di berbagai daerah di Indonesia. Kemajuan ekonomi memberikan dampak semakin banyaknya gerai makanan cepat saji, kurangnya kesempatan berolahraga, dan tingginya stress emosional.
Masalah lain dalam penanganan DM di Indonesia adalah kurangnya kewaspadaan dan deteksi dini. Diabetes melitus akan memberikan komplikasi seiring dengan perjalanan waktu. Hal inilah yang mendasari perlunya deteksi dan intervensi yang efektif sedini mungkin. Masyarakat luas lebih mengenal trias P (Poliuria/banyak kencing, Polidipsi/banyak minum, dan Polifagi/banyak makan) sebagai gejala klasik DM.
Permasalahan yang muncul adalah gejala trias P tidaklah sangat khas untuk DM, dan banyak pula penderita DM yang tidak menunjukkan gejala tersebut. Pada banyak kasus, DM seringkali tidak terkendali dengan adekuat. Ketakutan akan minum obat secara rutin dan kegagalan dalam perubahan pola hidup seringkali teramati pada banyak kasus.
Edukasi kepada masyarakat tentang bahaya komplikasi DM sangat diperlukan. Pada banyak kasus, penderita DM berobat ketika komplikasi yang terjadi telah sedemikian parahnya. Hal ini akan memberikan beban kesakitan dan kecacatan yang besar bagi penyandang DM dan keluarganya. Biaya penanganan komplikasi DM akan jauh lebih tinggi daripada upaya pengenalan dan pencegahan DM yang efektif.
Temukan dan kendalikan
Sesuai dengan tema Hari Diabetes Sedunia tahun 2009, 'Pahami Diabetes dan Kendalikan', maka memahami diabetes harus dilakukan secara menyeluruh, baik faktor risikonya, diagnosanya maupun komplikasinya.
Pengandalian Diabetes sangatlah penting dilaksanakan sedini mungkin, untuk menghindari biaya pengobatan yang sangat mahal. Bahkan semenjak anak-anak dan remaja, gaya hidup sehat dengan mengonsumsi banyak sayur dan buah, membiasakan olah raga dan tidak merokok merupakan kebiasaan yang baik dalam pencegahan Diabetes Melitus.
Oleh karena itu, peran para pendidik baik formal maupun informal, edukator DM dan para kader kesehatan (dokter, paramedis, dan anggoat masyarakat terlatih) sangat memegang peranan penting untuk menurunkan angka kesakitan DM.
Pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan DM di setiap wilayah merupakan kegiatan yang penting dilakukan.
Pemahaman faktor risiko DM sangat penting diketahui, dimengerti dan dapat dikendalikan oleh masayarakat, pendidik, edukator maupun kader kesehatan di masyarakat sekitarnya.
Tujuan program pengendalian DM di Indonesia adalah terselenggaranya pengendalian faktor risiko untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian yang disebabkan DM. Pengendalian DM lebih diprioritaskan pada pencegahan dini melalui upaya pencegahan faktor risiko DM yaitu upaya promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif yang memadai.
sumber:http://us.health.detik.com/read/2009/11/18/121018/1243967/775/si-manis-diabetes-yang-mematikan